MAKALAH FENOMENA ADIKSI PORNOGRAFI DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ( PERKEMBANGAN SEPANJANG HAYAT)
FENOMENA ADIKSI PORNOGRAFI DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF
1.1 LATAR BELAKANG
Di zaman yang sudah serba canggih ini , akses segala sesuatu sudah sangat mudah. Apapun bisa di cari melalui internet , bahkan dapat di gunakan juga oleh anak. Di kutip dari situs newzoo.com . di Indonesia adalah pengguna ponsel terbanyak ke-6 di dunia. Memiliki ponsel sudah menjadi kebutuhan primer untuk kehidupan sehari-hari. Tetapi di balik kemajuan ini semua adanya penyalahgunaan akses internet lewat ponsel. Salah satunya adalah situs pornografi
Remaja merupakan suatu tahap perkembangan manusia. Rentannya di umur 12-21 tahun. Dimana pada usia tersebut, rasa ingin tahu dan energi remaja sangat berlebih. Salah satunya keinginan berhubungan seksual yang tinggi. Dikutip dari tribunjakarta.com, kementerian kesehatan (kemenkes) telah melakukan survei yang melibatkan 1.411 responden kepada siswa. Hasilnya, sebanyak 97% siswa pernah mengakses konten pornografi.
Dari 97% siswa yang mengakses konten pornografi tersebut, 57% mereka akses dari internet, media sosial 34%, dan game sebanyak 4%. Hal ini diperparah dengan kurangnya kontrol dan komunikasi dengan orangtua, lingkungan pergaulan, lifestyle / gaya hidup dan kurangnya sosialisasi.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Karakteristik perkembangan Remaja?
2. Faktor-faktor apa saja yang melatar belakangi konflik pornografi ?
3. Bagaimana dampak perkembangan kognitif yang disebabkan dari adanya konflik pornografi?
1.3 TUJUAN PENILITIAN
1. Mengetahui tentang karakteristik perkembangan remaja
2. Mengetahui faktor apa saja yang melatarbelakangi konflik pornografi
3. Mengetahui dampak perkembangan kognitif dari penyebab konflik pornografi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI PERKEMBANGAN
Dalam Dictionary of psychology Perkembangan adalah tahapan-tahapan perubahan yang progresif yang terjadi dalam rentang kehidupan manusia dan organisme lainnya, tanpa membedakan aspek-aspek yang terdapat dalam diri organisme-organisme tersebut.
Sedangkan menurut Santrok dan Yussen ( dalam Mulyani Sumantri ), Perkembangan adalah pola gerakan atau perubahan yang dimulai pada saat terjadi selama pembuahan dan terus terjadi selama masa kehidupan.
Salah satu aspek yang mengalami perkembangan adalah kognitif . istilah kognitif berasal dari kata cognition yang yang berarti mengetahui atau dalam arti luas adalah perolehan dan penggunaan pengetahuan (neiser dalam jahja,2013:56).
Kognitif juga dapat diartikan dengan kemampuan belajar atau berpikir atau kecerdasan yaitu kemampuan untuk mempelajari keterampilan dan konsep baru, keterampilan untuk memahami apa yang terjadi dengan lingkungannya, serta keterampilan menggunakan daya ingat dan menyelesaikan soal-soal sederhana (pudjiati & masykouri, 2011:6)
2.2 KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN REMAJA
Harlock (1990) membagi masa remaja menjadi dua, yaitu masa remaja awal (11/12-16/17tahun) dan remaja akhir (16/17-18 tahun). Pada masa remaja akhir, individu sudah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa.
Masa remaja merupakan suatu periode penting dari rentang kehidupan, suatu periode transisional, masa perubahan, masa usia bermasalah, masa dimana individu mencari identitas diri, usia menyeramkan (dreaded), masa unrialisme, dan ambang menuju kedewasaan. (krori,2011)
Menurut sarwono (2011) masa remaja merupakan masa “ strum und drang” ( topan dan badai), masa penuh emosi dan adakalanya emosi meledak-ledak, yang muncul karena adanya pertentangan nilai-nilai. Emosi yang menggebu-gebu adakalanya menyulitkan, baik bagi si remaja maupun si orangtua/orang dewasa disekitarnya. Namun emosi yang menggebu-gebu ini juga bermanfaat bagi remaja dalam upayanya menemukan identitas diri. Reaksi orang-orang di sekitarnya akan menjadi pengalaman belajar bagi si remaja untuk menentukan tindakan apa yang kelak akan dilakukan.
Krori (2011) menyatakan bahwa perubahan sosial yang penting pada masa remaja mencakup meningkatnya pengaruh teman sebaya (peer group), pola perilaku sosial yang lebih matang, pembuatan kelompok sosial yang baru, dan munculnya nilai-nilai baru dalam memilih teman dan pemimpin serta nilai dalam penerimaan sosial.
Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak – kanak dan masa dewasa, yang memiliki usia 10- 19 tahun. Masa remaja terdiri dari remaja awal (10- 14 tahun), masa remaja pertengahan (14- 17 tahun) dan masa remaja akhir (17- 19 tahun). Pada masa remaja terjadi perubahan pertumbuhan dan perkembangan. baik biologis, psikologis maupun sosial (Kusumawati & Hartono, 2011).
Perubahan tumbuh kembang ini menyebabkan remaja memiliki karakteristik yang khas. Karakteristik remaja yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang tinggi, menyukai tantangan dan cenderung berani menanggung risiko atas perbuatannya tanpa didahului oleh pertimbangan yang matang. Sifat tersebut dihadapkan pada ketersediaan sarana di sekitarnya yang dapat memenuhi keingintahuan tersebut. Keadaan ini sering kali mengakibatkan konflik dalam diri remaja. Apabila keputusan yang diambil dalam menghadapi konflik tidak tepat maka berdampak pada perilaku berisiko(Kemenkes RI, 2015).
Berbagai stresor psikososial seringkali dikaitkan dengan terjadinya masalah emosi dan perilaku remaja seperti adanya penyakit fisik, pola asuh yang tidak adekuat, kekerasan rumah tangga, konflik dengan teman sebaya, kemiskinan, perilaku disruptif dan impulsif seperti penyalahgunaan narkoba dan pornografi (Jochen & Patti, 2016).
Pornografi saat ini menjadi penyebab masalah pada perkembangan kognitif dan prilaku anak, di Indonesia saat ini remaja merupakan populasi terbesar yang menjadi sasaran pornografi. Beberapa survei menunjukkan bahwa media pornografi yang sering diakses remaja adalah media online (Yutifa, dewi, misrawati, 2015).
Menurut Matar & Jaalouk (2017) film porno dapat mempengaruhi sikap dan perilaku remaja dimana sikap dan perilaku tersebut dapat terjadi apabila terdapat dorongan dalam diri remaja untuk menyaksikan tayangan dan mengimitasi hal-hal yang terdapat dalam film porno. Sebenarnya film merupakan hiburan yang murah dan praktis. Akan tetapi dengan semakin banyaknya film porno, seperti kecenderungan remaja menonton film porno akan mengakibatkan remaja sulit berkonsetrasi dalam belajar, sehingga hasil belajarnya rendah.
Kemajuan teknologi dewasa ini memudahkan remaja untuk memperoleh informasi. Informasi seperti ini cenderung menjerumuskan remaja pada permasalahan seksual dan tingkah laku seksual yang tidak bertanggung jawab. Remaja yang terpapar pornografi mengalami perubahan pada perilaku seksualnya dan ekpektasi terhadap seksualnya (Marripedia, 2017). Prilaku menyimpang dikalangan remaja saat ini disebabkan karena mudahnya mengakses meteri pornografi dan pendidikan seksual.
Menurut Sarlito secara umum pendidikan seksual adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar, yang meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran,tingkah laku seksual, hubungan seksual dan aspek-aspek kesehatan, kejiwaan, dan kemasyarakatan (Warsono, 2008:193). Pendidikan tentang seksual pada dasarnya sudah tumbuh dan diterapkan di lingkungan keluarga, tetapi remaja merasa malu membicarakan seks kepada orang tuanya, sehingga remaja akan mencari informasi dari media online ataupun dari orang lain.
2.3 FAKTOR-FAKTOR YANG MELATAR BELAKANGI PORNOGRAFI PADA REMAJA
Pornografi di era digital saat ini sangat mudah di akses oleh remaja, kecanggihan teknologi menyebabkan tingkat pengawasan terhadap remaja berkurang itu disebabkan karena media online saat ini hampir semua remaja bisa mengaksesnya atau sudah menjadi kebutuhan kehidupannya. Kemudian ada beberapa faktor-faktor yang melatarbelakangi pornografi pada remaja laki-laki maupun perempuan yaitu:
1. Teman Sebaya
Teman sebaya merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi remaja yang menjadi kebiasaan menonton Film Porno. Hasil ini dapat dilihat dengan skor rangking yang dimiliki sebesar 75 dengan persentase 3,42% atau dapat dibulatkan menjadi 3%. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Gerungan (1986) kenakalan remaja muncul akibat terjadi interaksi sosial diantara individu sosial dengan kelompok sebaya. Peran interaksi dengan kelompok sebaya tersebut dapat berupa imitasi, identifikasi, sugesti dan simpati.
Hal tersebut dikarenakan terjadi rencana dan kehadiran kelompok temannya. Dan responden mengatakan bahwa mereka melihat dan menonton film porno karena berawal dari ajakan teman- teman mereka melalui handphone. bahkan mereka pun saling membagi-bagikan video dengan malalui pengiriman via Bluetooth kepada rekannya disaat mereka mempunyai film terbaru yang ada di handphonenya. Disarankan Berhati – hati lah dalam memilih teman agar tidak terpengaruh dalam dampak negatif dari pertemanan.
2. Kecanggihan Teknologi
Hasil penelitian menyebutkan bahwa faktor kedua yang menyebabkan remaja menonton film porno yaitu karena kecanggihan teknologi. Kecanggihan teknologi merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi remaja yang menonton film porno. Hasil ini dapat dilihat dengan skor rangking yang dimiliki sebesar 134 dengan persentase 6,12% atau dapat dibulatkan menjadi 6%. Hal ini yang membuat remaja semakin cepat untuk mencarinya karena kemajuan teknologi yang semakin canggih dan mudah untuk mendapatkan peredaran film-film porno yang berkembang luas.
Responden mengatakan fasilitas di sekolah mereka memiliki akses jaringan internet wifi, tujuannya untuk agar para pelajar tidak kesulitan untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan secara cepat dan mudah. namun ternyata hal ini disalahgunakan oleh para pelajar untuk mengakses situs porno. Hal ini yang membuktikan bahwa kecanggihan teknologi sekarang ini semakin canggih dan berkembang. Disaranakan bijaklah dalam menggunakan teknologi internet karena internet bukan hanya memiliki dampak positif melainkan juga memiliki dampak negatif.
3. Diri Sendiri
Hasil penelitian menyebutkan bahwa faktor ketiga yang menyebabkan remaja menonton film porno yaitu melalui dirinya sendiri.diri sendiri merupakan faktor internal yang mempengaruhi siswa yang menonton film porno tersebut. ini dapat dilihat dengan skor rangking yang dimiliki sebesar 136 dengan persentase 6,21% atau dapat dibulatkan menjadi 6%.Hal ini adanya dorongan rasa ingin tau untuk menonton film porno yang berawal dari rasa penasaran terhadap yang ia peroleh. Karena munculnya minat menonton film porno dan keingintahuan remaja tentang pornografi, maka remaja selalu berusaha mencari informasi yang diperoleh dari media internet. Disarankan cobalah untuk melakukan hal yang positif dan berfikir positif agar tidak tepengaruh untuk melihat film film porno.
4. Adanya Ketertarikan untuk Menonton Film Porno.
Hasil penelitian menyebutkan bahwa faktor keempat yang menyebabkan Remaja yang menonton film tersebut yaitu di karenakan adanya ketertarikan dalam menonton film porno. Adanya ketertarikan dalam menonton film porno merupakan faktor internal yang mempengaruhi remaja menonton film porno tersebut. Hasil ini dapat dilihat dengan skor rangking yang dimiliki sebesar 194 dengan persentase 8,86% atau dapat dibulatkan menjadi 9%. Hal tersebut yang berawal dari mencoba-coba untuk mengakses media pornografi dan mencari tahu segala informasi dari berbagai cara sehingga membuat timbul rasa penasaran dalam dirinya dan responden merasa tertarik untuk menonton film porno tersebut dan mengakses nya kembali. Disarankan coba untuk tidak menonton film porno, karena sekali melihatnya akan timbul rasa ketagihan.
5. Kurangnya Sarana dan Prasarana serta Wadah- wadah yang Menampung Bakat dari Remaja itu Sendiri.
Hasil penelitian menyebutkan bahwa faktor kelima yang menyebabkan remaja yang menonton film porno yaitu Kurangnya sarana dan prasarana dan wadah-wadah yang menampung bakat dari remaja itu sendiri. Kurangnya sarana dan prasarana dan wadah-wadah yang menampung bakat dari remaja itu sendiri merupakan faktor internal dari remaja yang menonton film porno. Hasil ini dapat dilihat dengan skor rangking yang dimiliki sebesar 218 dengan persentase 9,96% atau dapat dibulatkan menjadi 10%.hal ini karena kurangnya sarana dan prasarana yang mampu menampung bakat remaja untuk membuat remaja tersebut menjadi memiliki kegiatan positif sehingga remaja melakukan kegiatan negative seperti menonton film porno. Disarankan coba ke tempat dimana adanya sarana dan prasarana yang dapat menunjang bakat dan hobi.
6. Pengaruh Lingkungan
Hasil penelitian menyebutkan bahwa faktor keenam yang menyebabkan remaja yang menonton film porno yaitu pengaruh lingkungan. Pengaruh lingkungan merupakan faktor eskternal yang mempengaruhi remaja menonton film porno. Hasil ini dapat dilihat dengan skor rangking yang dimiliki sebesar 229 dengan persentase 10,4% atau dapat dibulatkan menjadi 10%. Hal tersebut bahwa remaja yang mulai mencari jati diri dan mulai melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan, mempelajari dunia kedewasaan dan mulai mencari serta menemukan hal-hal yang membuat penasaran terhadap dirinya seperti mengakses film porno. Hal ini yang membuat responden semakin terpengaruh terhadap lingkungan disekitarnya di karenakan banyak yang mengakses situs porno pada lingkungan disekitarnya sehingga responden terpengaruh dan mengikuti untuk mengakses situs porno. Disarankan lebih sering kelingkungan yang bernuansa religi untuk menghindari lingkungan yang negatif.
7. Adanya Pengalihan dan Kurangnya Bisanya Memanfaatkan Waktu Luang
Hasil penelitian menyebutkan bahwa faktor ketujuh yang menyebabkan remaja yang menonton film porno yaitu adanya pengalihan dan kurang bisanya memanfaatkan waktu luang. Adanya pengalihan dan kurangnya bisanya memanfaatkan waktu luang merupakan faktor interrnal yang mempengaruhi remaja menonton film porno. Hasil ini dapat dilihat dengan skor rangking yang dimiliki sebesar 265 dengan persentase 12,1% atau dapat dibulatkan menjadi 12%. Hal tersebut karena remaja kurangnya melakukan kegiatan hal positif seperti melakukan aktifitas belajar dan berolahraga dan kurang bisa memanfaatkan waktu luang disaat waktu nya lagi kosong sehingga remaja tersebut dengan mudah untuk melakukan hal-hal negative. Disarankan memenuhi kegiatan dengan kegiatan yang positif seperti berolahraga.
8. Kebutuhan Seksual
Hasil penelitian menyebutkan bahwa faktor kedelapan yang menyebabkan remaja yang menonton film porno. Kebutuhan seksual merupakan faktor internal yang mempengaruhi remaja menonton film porno. Hasil ini dapat dilihat dengan skor rangking yang dimiliki sebesar 296 dengan persentase 13,5%atau dapat dibulatkan menjadi 14%. Hal ini di kemukakan oleh (Alimut, 2006) bahwa kebutuhan seksual dasar manusia berupa ekspresi perasaan dua orang individu secara pribadi yang saling menghargai memperhatikan, dan menyayangi sehingga terjadi hubungan timbal balik antara kedua individu. Hal ini dikarenakan meningkatnya pergaulan yang bebas terhadap remaja yang membuat remaja itu semakin menyimpang dalam melakukan tindakan yang negative seperti remaja yang sering melakukan perilaku, berpegangan tangan, berciuman ( baik ciuman pipi dengan pipi maupun ciuman bibir dengan bibir), berpelukan, meraba, hingga akhirnya sampai senggama tanpa berfikir dampak yang akan diterimanya. Disarankan mencari pasangan yang memiliki religi yang baik untuk menghindari hal negatif.
9. Adanya permintaan pasangan
Faktor kesembilan yang menyebabkan remaja menonton film porno yaitu adanya permintaan pasangan. Hal ini biasanya didalam pasangan remaja yang berpacaran waktu mereka untuk bisa bersama meraka saling bertukar pikiran, berbagi cerita, saling mencurahkan perhatian dan kasih sayang. Sayangnya saat ini pacaran sudah dikonotasikan dengan “menjamah pacar” bnyak remaja yang berfikir kalau pacaran tidak seru bila tidak dibumbui dengan berciuman, pegangan tangan, pelukan, saling berhubungan seks pranikah pun bisa terjadi. Hal ini yang menyebabkan pengaruh menonton film porno terhadap remaja tersebut.Selain itu adanya permintaan dari pasangan untuk menonton film porno bersama pasangannya. Disarankan dekatkan diri kepada tuhan agar menghindari pikiran negatif.
10. Keluarga
Hasil penelitian menyebutkan bahwa faktor kesepuluh yang menyebabkan remaja menonton film porno yaitu Keluarga. Keluarga merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi remaja yang menonton film porno. Hasil ini dapat dilihat dengan skor rangking yang dimiliki sebesar 339 dengan persentase 15,4% atau dapat dibulatkan menjadi 16%.Hal ini Responden beranggapan bahwa apa yang telah diajarkan oleh orang tua mereka kepada dirinya sudah baik dan mereka selalu mau menuruti apa keinginan orang tuanya tersebut. Dan orang tua juga memberikan kegiatan kegiatan positif sehingga fokus pada pornografi juga jadi berkurang. Sehingga anak nya tidak mudah untuk terpengaruh dari menonton film porno. Disarankan tingkatkan komunikasi dengan keluarga.
2.4 DAMPAK PERKEMBANGAN KOGNITIF
Menurut Piaget (dalam Santrock, 2001), seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Dalam pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di mana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga menghubungkan ide-ide tersebut. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru.
Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget (dalam Papalia & Olds, 2001) mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak.
Remaja dapat memahami bahwa tindakan yang dilakukan pada saat ini dapat memiliki efek pada masa yang akan datang. Dengan demikian, seorang remaja mampu memperkirakan konsekuensi dari tindakannya, termasuk adanya kemungkinan yang dapat membahayakan dirinya.
Pada tahap ini, remaja juga sudah mulai mampu berspekulasi tentang sesuatu, dimana mereka sudah mulai membayangkan sesuatu yang diinginkan di masa depan. Perkembangan kognitif yang terjadi pada remaja juga dapat dilihat dari kemampuan seorang remaja untuk berpikir lebih logis. Remaja sudah mulai mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana mereka mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan (Santrock, 2001).
Salah satu bagian perkembangan kognitif masa kanak-kanak yang belum sepenuhnya ditinggalkan oleh remaja adalah kecenderungan cara berpikir egosentrisme (Piaget dalam Papalia & Olds, 2001). Yang dimaksud dengan egosentrisme di sini adalah “ketidakmampuan melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain” (Papalia dan Olds, 2001). Elkind (dalam Beyth-Marom et al., 1993; dalam Papalia & Olds, 2001) mengungkapkan salah satu bentuk cara berpikir egosentrisme yang dikenal dengan istilah personal fabel.
Papalia dan Olds (2001) dengan mengutip Elkind menjelaskan personal fable adalah keyakinan remaja bahwa diri mereka unik dan tidak terpengaruh oleh hukum alam. Belief egosentrik ini mendorong perilaku merusak diri (self-destructive) oleh remaja yang berpikir bahwa diri mereka secara magis terlindung dari bahaya. Misalnya seorang remaja putri berpikir bahwa dirinya tidak mungkin hamil (karena perilaku seksual yang dilakukannya), atau seorang remaja pria berpikir bahwa ia tidak akan sampai meninggal dunia di jalan raya [saat mengendarai mobil), atau remaja yang mencoba-coba obat terlarang (drugs) berpikir bahwa ia tidak akan mengalami kecanduan. Remaja biasanya menganggap bahwa hal-hal itu hanya terjadi pada orang lain, bukan pada dirinya.
Pendapat Elkind bahwa remaja memiliki semacam perasaan invulnerability yaitu keyakinan bahwa diri mereka tidak mungkin mengalami kejadian yang membahayakan diri, merupakan kutipan yang populer dalam penjelasan berkaitan perilaku berisiko yang dilakukan remaja (Beyth- Marom, dkk., 1993).Umumnya dikemukakan bahwa remaja biasanya dipandang memiliki keyakinan yang tidak realistis yaitu bahwa mereka dapat melakukan perilaku yang dipandang berbahaya tanpa kemungkinan mengalami bahaya itu.
Beyth-Marom, dkk (1993) kemudian membuktikan bahwa ternyata baik remaja maupun orang dewasa memiliki kemungkinan yang sama untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang berisiko merusak diri (self-destructive). Mereka juga mengemukakan adanya derajat yang sama antara remaja dan orang dewasa dalam mempersepsi self-invulnerability. Dengan demikian, kecenderungan melakukan perilaku berisiko dan kecenderungan mempersepsi diri invulnerable menurut Beyth-Marom, dkk., pada remaja dan orang dewasa adalah sama.
Pornografi memberikan dampak terhadap perkembangan kognitif remaja sehingga remaja akan melakukan penyimpangan seksual yang disebabkan oleh menonton video pornografi atau melalui media lain. Hal itu sangat berpengaruh pada kehidupannya remaja. Donald (2004),pornografi dapat mengakibatkan perilaku negatifseperti berikut ini:
1) Mendorong remaja untuk meniru melakukan tindakan seksual
Kemampuan remaja menyaring informasi masih rendah. Para ahli dibidang kejahatan seksual terhadap remaja juga menyatakan bahwa aktifitasseksual pada remaja yang belum dewasa selalu dipicu oleh 2 (dua)kemungkinan yaitu pengalaman atau melihat. pornografi atau aktivitas pornobaik dari internet, HP, VCD, komik atau media lainnya. Maka mereka akanterdorong untuk meniru melakukan tindakan seksual terhadap anak lainataupun siapapun obyek yang bisa mereka jangkau.
2) Membentuk sikap, nilai dan perilaku yang negative.
Beragam adegan seksual, dapat terganggu proses pendidikanseksnya. Hal itu dapat diketahui dari cara mereka memandang wanita,kejahatan seksual, hubungan seksual, dan seks pada umumnya. Remajatersebut akan berkembang menjadi pribadi yang merendahkan wanita secaraseksual, memandang seks bebas sebagai perilaku normal dan alami, permisifterhadap perkosaan, bahkan cenderung mengidap berbagai penyimpanganseksual.
3) Menyebabkan sulit konsentrasi belajar hingga terganggu jati dirinya
Pada remaja yang memiliki IQ tinggi, pornografi bisa mengakibatkanmereka kesulitan membangkitkan konsentrasinya untuk belajar dan beraktivitas, hari-harinya didominasi oleh kegelisahan dan sedikit sekaliproduktivitasnya. Sedangkan remaja yang ber-IQ rendah, pengaruhnya bisalebih ekstrim lagi, mereka tidak berdaya lagi untuk berkonsentrasi, hari-harinya total dikuasai kegelisahan. Pornografi yang ditonton remaja merupakan sensasi seksual yangditerima sebelum waktunya, sehingga yang terjadi adalah mengendapnyakesan mendalam di bawah otak sadar yang bisa membuat mereka sulitkonsentrasi, tidak fokus, malas belajar, tidak bergairah melakukan aktivitasyang semestinya, hingga mengalami shock dan disorientasi (kehilanganpandangan) terhadap jati diri mereka sendiri bahwa sebenarnya mereka masihremaja.
4) Tertutup, minder dan tidak percaya diri
Remaja pecandu pornografi yang mendapat dukungan temantemannyasesama penggemar pornografi, akan terdorong menjadi pribadi yang permisif(memandang maklum) terhadap seks bebas dan mereka melakukan praktekseks bebas di luar pantauan orang tua. Sedangkan remaja pecandu pornografiyang dikelilingi oleh teman-teman yang terbimbing dan bebas dari pornografi,akan cenderung merasa minder dan tidak percaya diri. Karena kebiasaannyaini, remaja merasa sebagai pribadi yang aneh dan berbeda perilakunya, danseiring bertambahnya pengetahuan keagamaannya ia akan merasa paling berdosa.
BAB III
RINGKASAN
Harlock membagi masa remaja menjadi dua, yaitu masa remaja awal dan remaja akhir. Pada masa remaja akhir, individu sudah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa. Menurut Sarwono masa remaja merupakan masa « strum und drang», masa penuh emosi dan adakalanya emosi meledak-ledak, yang muncul karena adanya pertentangan nilai-nilai. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak – kanak dan masa dewasa, yang memiliki usia 10- 19 tahun.
Pornografi saat ini menjadi penyebab masalah pada perkembangan kognitif dan prilaku anak, di Indonesia saat ini remaja merupakan populasi terbesar yang menjadi sasaran pornografi. Beberapa survei menunjukkan bahwa media pornografi yang sering diakses remaja adalah media online. Prilaku menyimpang dikalangan remaja saat ini disebabkan karena mudahnya mengakses meteri pornografi dan pendidikan seksual.
Dalam pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di mana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru.
Pada tahap ini, remaja juga sudah mulai mampu berspekulasi tentang sesuatu, dimana mereka sudah mulai membayangkan sesuatu yang diinginkan di masa depan. Salah satu bagian perkembangan kognitif masa kanak-kanak yang belum sepenuhnya ditinggalkan oleh remaja adalah kecenderungan cara berpikir egosentrisme . Pendapat Elkind bahwa remaja memiliki semacam perasaan invulnerability yaitu keyakinan bahwa diri mereka tidak mungkin mengalami kejadian yang membahayakan diri.
Comments
Post a Comment